Dalam dunia digital marketing, copywriting adalah senjata utama untuk menarik perhatian audiens, membangun kepercayaan, hingga menggerakkan mereka melakukan aksi. Namun, tidak semua copywriting diciptakan dengan tujuan yang sama. Dua pendekatan yang sering digunakan adalah SEO copywriting dan copywriting konvensional. Meskipun keduanya berperan penting dalam strategi komunikasi, masing-masing memiliki tujuan, teknik, dan dampak yang berbeda.
Tujuan Utama: Ditemukan vs Dijual
- SEO Copywriting dirancang untuk meningkatkan visibilitas di mesin pencari seperti Google. Fokus utamanya adalah menjawab pertanyaan pengguna dan mengoptimalkan konten agar muncul di hasil pencarian. Tujuan akhirnya adalah mendatangkan traffic organik yang konsisten.
- Copywriting Konvensional lebih fokus pada membujuk pembaca secara langsung. Biasanya digunakan dalam iklan, brosur, atau email marketing untuk menghasilkan aksi cepat, seperti pembelian, pendaftaran, atau klik.
Gaya dan Pendekatan Penulisan
SEO Copywriting:
- Menekankan pada riset kata kunci.
- Struktur artikel terdiri dari heading (H1, H2, H3) yang tertata rapi.
- Mengutamakan kealamian dan keterbacaan, bukan hanya penempatan keyword.
- Seringkali mengedukasi dan menjawab pertanyaan pembaca.
Copywriting Konvensional:
- Menggunakan pendekatan emosional dan persuasif.
- Mengandalkan teknik seperti AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) atau storytelling.
- Bahasa yang digunakan lebih singkat, padat, dan tajam.
- Tujuannya adalah konversi langsung, bukan sekadar traffic.
Struktur dan Media Penyampaian
1. Panjang Konten:
- SEO Copywriting: Umumnya lebih dari 800 kata.
- Copywriting Konvensional: Bisa sangat singkat, biasanya berupa headline dan CTA.
2. Media Penempatan:
- SEO Copywriting: Website, blog, e-commerce, landing page.
- Copywriting Konvensional: Iklan cetak, spanduk, iklan TV, brosur.
3. Elemen Tambahan:
- SEO Copywriting: Meta description, slug URL, internal linking.
- Copywriting Konvensional: Call to Action (CTA), slogan, promo.
Nada dan Gaya Bahasa
SEO copywriting menggunakan bahasa yang informatif dan objektif. Kalimatnya dibuat ringan, tetapi terstruktur agar mudah dipahami mesin pencari sekaligus nyaman dibaca manusia.
Sebaliknya, copywriting konvensional cenderung bermain di ranah emosi dan urgensi, misalnya:
"Buruan! Diskon 50% hanya hari ini!"
Alih-alih menjelaskan keunggulan produk secara panjang lebar, gaya ini langsung menembak sisi emosional pembaca.
Studi Kasus Singkat
- SEO Copywriting:
“Ingin menurunkan kolesterol secara alami? Simak 7 cara efektif tanpa obat berikut ini.”
Mengedukasi, mengandung keyword, dan menargetkan pertanyaan pengguna.
- Copywriting Konvensional:
“Turunkan kolesterol sekarang! Dapatkan diskon 30% untuk suplemen herbal hari ini juga!”
Mendorong aksi langsung melalui diskon dan bahasa ajakan.
Kesimpulan
Memahami perbedaan antara SEO copywriting dan copywriting konvensional membantu Anda memilih pendekatan yang tepat sesuai tujuan:
- Butuh konten yang menarik pengunjung jangka panjang? Gunakan SEO copywriting.
- Ingin hasil cepat seperti penjualan, klik, atau pendaftaran? Gunakan copywriting konvensional.
Namun, dalam praktik modern, kombinasi keduanya sering kali menjadi strategi paling efektif. Konten bisa ditemukan melalui SEO, lalu diubah menjadi aksi melalui copywriting yang persuasif.