Insight Detail

Home - Insight Detail

Cara Mengimplementasikan Arsitektur Microservices pada Website Skala Besar

article

Seiring pertumbuhan aplikasi web, arsitektur monolit sering kali jadi beban karena sulit diskalakan, dipelihara, dan dikembangkan secara cepat. Di sinilah microservices architecture jadi solusi yang banyak diadopsi oleh perusahaan besar seperti Netflix, Amazon, dan Gojek.

Tapi, bagaimana sebenarnya cara menerapkan arsitektur ini di sistem skala besar? Yuk, kita bahas langkah-langkahnya!

1. Pahami Domain dan Gunakan Domain-Driven Design (DDD)

Langkah pertama adalah memahami domain bisnis dan membaginya ke dalam beberapa bagian yang jelas — yang disebut bounded contexts. Setiap konteks ini bisa menjadi satu microservice, misalnya:

  • User Service untuk manajemen pengguna
  • Product Catalog Service untuk data produk
  • Payment Service untuk proses transaksi

Pendekatan ini membantu tim fokus hanya pada satu bagian sistem dalam satu waktu, tanpa terjebak kompleksitas keseluruhan aplikasi.

2. Migrasi dari Monolit ke Microservices

Kalau sistem kamu sudah terlanjur berbentuk monolit, nggak perlu langsung dirombak total. Gunakan pendekatan Strangler Fig Pattern — yaitu memisahkan layanan satu per satu secara bertahap.

Mulailah dari layanan yang paling mudah dipecah dan paling sering berubah, seperti login/authentication atau notifikasi email.

3. Bangun Layanan yang Terpisah dan Independen

Setiap microservice idealnya:

  • Memiliki kode dan deployment sendiri
  • Dapat ditulis dengan bahasa pemrograman berbeda
  • Punya database sendiri (pattern: Database per Service)

Dengan begitu, pengembangan satu service tidak akan memengaruhi yang lain.

4. Komunikasi Antar-Service

Microservices harus bisa "ngobrol" satu sama lain, dan ada dua jenis komunikasi utama:

  • Sinkron: via REST API atau gRPC
  • Asinkron: menggunakan event/message broker seperti Apache Kafka atau RabbitMQ

Gunakan asinkron kalau sistem kamu high traffic dan butuh performa tinggi.

5. Gunakan API Gateway

API Gateway adalah pintu depan sistem microservices kamu. Ia akan mengatur:

  • Routing request ke service yang sesuai
  • Load balancing
  • Autentikasi & otorisasi
  • Rate limiting & caching

Beberapa tools populer: Kong, NGINX, AWS API Gateway

6. Containerization dan Orkestrasi

Setiap microservice bisa dijalankan di dalam container (misalnya dengan Docker). Untuk pengelolaan dan scaling otomatis, gunakan Kubernetes sebagai orkestrator.

Dengan ini, kamu bisa dengan mudah:

  • Menambahkan instance saat traffic tinggi
  • Mengganti versi aplikasi tanpa downtime

7. Autentikasi dan Keamanan

Keamanan penting banget, apalagi ketika banyak service berkomunikasi satu sama lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Gunakan OAuth2 atau JWT untuk otentikasi
  • Amankan komunikasi antar-service dengan mutual TLS (mTLS)
  • Pastikan hanya service yang berwenang yang bisa saling mengakses

8. Monitoring dan Logging

Dengan banyak service berjalan, kamu butuh sistem monitoring dan logging yang kuat. Beberapa tools yang umum digunakan:

  • Logging: ELK Stack (Elasticsearch, Logstash, Kibana), Grafana Loki
  • Monitoring: Prometheus, Grafana, Datadog

Tujuannya? Deteksi cepat kalau ada error, bottleneck, atau service yang down.

9. Fault Tolerance dan Resilience

Satu service down, bukan berarti seluruh sistem ikut down. Terapkan prinsip resiliency seperti:

  • Circuit breaker (dengan Hystrix atau Resilience4j)
  • Retry dan fallback mechanism
  • Timeout handling

Service mesh seperti Istio atau Linkerd juga bisa bantu dalam hal ini.

10. Testing dan CI/CD Pipeline

Microservices perlu pipeline CI/CD yang efisien untuk memastikan setiap perubahan bisa di-deploy dengan cepat dan aman. Gunakan:

  • Unit dan integration test per service
  • CI/CD tools seperti GitHub Actions, GitLab CI, Jenkins, atau ArgoCD

Deploy per service = bisa update sebagian sistem tanpa ganggu layanan lainnya.

Penutup

Arsitektur microservices memang bukan solusi untuk semua masalah, tapi untuk website skala besar dengan tim yang tumbuh dan kebutuhan scaling tinggi, ini adalah pendekatan yang powerful.

Yang penting, lakukan migrasi secara bertahap, mulai dari perencanaan domain yang matang, lalu siapkan infrastruktur dan sistem monitoring yang mendukung.

Kalau kamu sedang membangun sistem baru atau mau migrasi dari monolit, microservices bisa jadi investasi jangka panjang yang sangat layak.


Share On :

Buat Produk yang Memberikan Dampak

Bergabunglah dengan kami untuk menciptakan produk yang memberikan dampak positif bagi bisnis Anda. Hubungi kami sekarang untuk konsultasi gratis!

Talk Now