Seiring pertumbuhan aplikasi web, arsitektur monolit sering kali jadi beban karena sulit diskalakan, dipelihara, dan dikembangkan secara cepat. Di sinilah microservices architecture jadi solusi yang banyak diadopsi oleh perusahaan besar seperti Netflix, Amazon, dan Gojek.
Tapi, bagaimana sebenarnya cara menerapkan arsitektur ini di sistem skala besar? Yuk, kita bahas langkah-langkahnya!
Langkah pertama adalah memahami domain bisnis dan membaginya ke dalam beberapa bagian yang jelas — yang disebut bounded contexts. Setiap konteks ini bisa menjadi satu microservice, misalnya:
Pendekatan ini membantu tim fokus hanya pada satu bagian sistem dalam satu waktu, tanpa terjebak kompleksitas keseluruhan aplikasi.
Kalau sistem kamu sudah terlanjur berbentuk monolit, nggak perlu langsung dirombak total. Gunakan pendekatan Strangler Fig Pattern — yaitu memisahkan layanan satu per satu secara bertahap.
Mulailah dari layanan yang paling mudah dipecah dan paling sering berubah, seperti login/authentication atau notifikasi email.
Setiap microservice idealnya:
Dengan begitu, pengembangan satu service tidak akan memengaruhi yang lain.
Microservices harus bisa "ngobrol" satu sama lain, dan ada dua jenis komunikasi utama:
Gunakan asinkron kalau sistem kamu high traffic dan butuh performa tinggi.
API Gateway adalah pintu depan sistem microservices kamu. Ia akan mengatur:
Beberapa tools populer: Kong, NGINX, AWS API Gateway
Setiap microservice bisa dijalankan di dalam container (misalnya dengan Docker). Untuk pengelolaan dan scaling otomatis, gunakan Kubernetes sebagai orkestrator.
Dengan ini, kamu bisa dengan mudah:
Keamanan penting banget, apalagi ketika banyak service berkomunikasi satu sama lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Dengan banyak service berjalan, kamu butuh sistem monitoring dan logging yang kuat. Beberapa tools yang umum digunakan:
Tujuannya? Deteksi cepat kalau ada error, bottleneck, atau service yang down.
Satu service down, bukan berarti seluruh sistem ikut down. Terapkan prinsip resiliency seperti:
Service mesh seperti Istio atau Linkerd juga bisa bantu dalam hal ini.
Microservices perlu pipeline CI/CD yang efisien untuk memastikan setiap perubahan bisa di-deploy dengan cepat dan aman. Gunakan:
Deploy per service = bisa update sebagian sistem tanpa ganggu layanan lainnya.
Arsitektur microservices memang bukan solusi untuk semua masalah, tapi untuk website skala besar dengan tim yang tumbuh dan kebutuhan scaling tinggi, ini adalah pendekatan yang powerful.
Yang penting, lakukan migrasi secara bertahap, mulai dari perencanaan domain yang matang, lalu siapkan infrastruktur dan sistem monitoring yang mendukung.
Kalau kamu sedang membangun sistem baru atau mau migrasi dari monolit, microservices bisa jadi investasi jangka panjang yang sangat layak.
May 23, 2025
May 22, 2025
May 13, 2025
May 12, 2025
May 10, 2025